tag:blogger.com,1999:blog-32046521710388113102024-03-05T18:41:48.049-08:00Vagina Intuisi dan Secangkir KopiI drink coffee, and writing like a woman.
(Sebagian kecil curahan hati pribadi dan sebagian besar terinspirasi dari curahan hati para wanita di sekeliling saya yang kemudian menjadi sampah paragraf).
Dari saya; Si Tempat SampahUmmu Alifahttp://www.blogger.com/profile/18218286988921737079noreply@blogger.comBlogger9125tag:blogger.com,1999:blog-3204652171038811310.post-76243588047965740292014-04-24T23:48:00.000-07:002019-10-24T23:50:05.078-07:00LIFE24 April 2014<br />
<br />
Hampir tidak bisa berkata-kata mengamati ini semua, seolah hidup
hanya bergantung pada perhatian manusia semata, bukan kepada Tuhan,
hingga mereka rela memuliakan manusia, namun mendzolimi manusia lainnya
termasuk saudaranya sendiri, tanpa takut akan perhitungan Tuhan. Mereka
membicarakan saudaranya di 'bilik rumahnya' sendiri, untuk apa? untuk
men<span class="text_exposed_show">jatuhkan saudaranya yang lain, namun
mereka lupa jika Tuhan mendengar segalanya, dan Tuhan menitipkan
perkataan mereka pada telinga saudarannya yang lain. Jika perhatian
manusia yang kamu cari, maka ambilah sebanyak yang kamu suka, jika
kehilangan perhatian yang kau takutkan, maka makanlah perhatian itu
sekenyang-kenyangnya. Dan ini adalah pelajaran yang sangat berharga,
tamparan sekaligus berkah ilmu yang luar biasa. Juga penjabaran gamblang
tentang siapa-siapa saja wajah dibalik topeng itu. Cukup tersimpan
rapat saja namanya di memori. "Maksud" yang terselubung di hati itu
tidak tergambar, maka sulit untuk dibuktikan, cukup diam pada
posisi..."biarkan Tuhan yang berkehendak". That's it.</span><br />
<br />
Let me tell you about this...<br />
Kedua
orangtuaku tidak lebih baik dari orangtua yang lainnya, sepasang
manusia biasa dengan berbagai kelebihan dan kekurangan. Namun mereka
adalah ladang surgaku. Aku memuliakan mereka, namun...tak jarang kami
bersebrangan. Tidak aku bukan seorang anak penjilat, yang mampu
menjilat-jilati orangtuanya sendiri demi kepentingan pribadi dan demi
keinginan-keinginan yang berlebihan, namun aku juga tidak terdidik untuk
diam-diam menghujat orangtuaku ketika tabiat manjaku tidak terpenuhi.
Bersebrangan, bahkan kami saling beradu prinsip dan beradu pendapat, tak
jarang diakhiri aksi saling diam bahkan aksi 'angkat kaki'. Namun dari
situlah mereka mengajarkanku tentang 'Keberanian' dalam hidup,
Keberanian tanpa menghilangkan norma dan kesadaran diri akan kodratnya.
Berani bicara sesuai apa yang tersirat di hati, tidak munafik. Aku bukan
seorang anak yang Taqlid buta kepada orangtuanya, jika mereka
benar...maka akan kujunjung nilai kebenaran itu sampai akhir hayatku,
namun jika mereka salah.., maka akan ku katakan 'salah' walau api
membakar lidahku. Orangtuaku pun bukan budak dari anak-anaknya, jika aku
benar...mereka rela mengorbankan nyawa dan hartanya untukku, namun jika
aku salah...merekapun rela menebas batang leherku dengan kedua
tangannya sendiri.<br />
Begitulah hidup mengajarkanku.... Kerasnya
hidup justru menanamkan prinsip idealisme yang teguh dalam diriku,
mengajarkan tentang Keberanian dalam hidup, pentingnya saling
menghargai, saling menghormati, dan bersikap adil kepada sesama, dan
keseluruhannya telah mengasah kepekaanku akan nilai-nilai hidup yang
prinsipil, tanpa manipulatif. ingat..., tanpa Manipulatif.<br />
<br />
sekianUmmu Alifahttp://www.blogger.com/profile/18218286988921737079noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3204652171038811310.post-33847609573297444702014-02-26T04:32:00.001-08:002019-10-24T23:39:10.432-07:00Secangkir Kopi Milik Kita ( Dan berbagai Memori Di Dalamnya)<span style="font-family: inherit;"><span style="color: orange; font-size: large;"><span class="photo photo_left"><img alt=""Will Not Be Forgotten"" class="photo_img img" src="https://fbcdn-photos-c-a.akamaihd.net/hphotos-ak-frc1/t1/1900053_10201534596469115_1417564382_a.jpg" title=""Will Not Be Forgotten"" /></span></span></span><br />
<div class="caption">
<span style="font-family: inherit;"><span style="color: orange; font-size: large;">"Will Not Be Forgotten"</span></span></div>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span>
<span style="font-family: inherit;"><span style="color: orange; font-size: large;">Hari
ini, pukul 15.00 wib aku dan secangkir kopi yang menemani kerinduanku
padamu. Andai bisa ku kisahkan padamu Mba', bahwa aku tengah bahagia.
Tengah menjajaki awal yang baru dalam hidup, dan telah kutemukan
seseorang yang bisa dikatakan sesuai dengan kriteria 'Imam' ku. Ya
Mba', I'm getting married soon...</span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="color: orange; font-size: large;">Entah bagaimana reaksimu jika mendengar hal ini, pastinya akan terjadi dialog lucu antar dua wanita setengah 'Gila'.</span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span>
<span style="font-family: inherit;"><span style="color: orange; font-size: large;">'Gila', sampai
saat ini aku masih selalu berandai-andai. Andaikan Mba Ima masih ada,
andaikan kita masih bisa berbagi cerita, andai kita masih bisa
menikmati secangkir kopi bersama, andaikan dan andaikan lainnya. Apakah
ini bentuk dari ketidak ikhlasan?? Tidak, bukan itu, Tuhan pun
mengerti apa maksud dari kenangan-kenangan ini. Bukan untuk meratapi
kepergianmu, tetapi sekedar menjadikannya kenangan yang abadi.</span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span>
<span style="font-family: inherit;"><span style="color: orange; font-size: large;">Aku
bertemu dengannya dicsaat keterpurukanku Mba'. Andaikan kamu
melihat kondisiku saat itu, pasti kamupun akan membenciku karna
kelemahan dan ketololanku. September 2012 lalu aku boleh kehilanganmu
Mba', sempat aku meratapi kepergianmu, ditambah lagi masalah lain yang
datang bertubi-tubi terus menghampiriku pasca kepergianmu. Kehilangan
sahabat, penghianatan dari orang-orang yang kupercaya, semua terjadi
beruntun hingga membuatku setengah hancur dan nyaris kehilangan arah.
Namun kemudian Ramadhan 2013, Allah menggantikan semua kesakitan itu
dengan berkah yang luar biasa, semua semata-mata karena Allah hingga aku
bertemu dengannya, andai sempat kamu mengenalnya mba', aku yakin
kepekaanmu pun akan mengatakan "he's the man Feb..." :')</span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span>
<span style="font-family: inherit;"><span style="color: orange; font-size: large;">Mungkin
sebagian orang akan menganggapku berlebihan karena masih saja terus
mengenangmu, bahkan terkadang di tengah kesendirian, tidak jarang aku
berpura-pura berdialog denganmu, seolah kita tengah ber 'bbm' ria, atau
tengah menikmati secangkir kopi bersama. Lalu ketika malam kian larut,
seringkali aku membuka halaman facebookmu, melihat album-album fotomu,
dan me'recent' status-status facebook kita dari tahun ke tahun hanya
untuk membaca ulang status dan komentar-komentar gila kita di masa lalu.
Aku punya cara sendiri untuk mengenangmu Mba', dan sepertinya aku
akan selalu melakukannya lagi dan lagi. :)</span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span>
<span style="font-family: inherit;"><span style="color: orange; font-size: large;">Berkumpul
dengan teman-teman kita tanpa kehadiaramu sungguh tidak biasa bagiku,
bahkan hingga detik ini. Sebisa mungkin aku menghindarinya mba'. Mungkin sulit dipahami oleh yang lainnya, tapi itulah yang terjadi.
Mungkin tidak sama dirasa oleh yang lain, tapi itulah yang kurasakan.
Selalu ada kekosongan, aku selalu menganggapmu bagian dari 'kita', aku
masih menganggapmu ada, tapi aku mengerti mba', aku tidak bisa
memaksakan yang lain untuk merasakan hal yang sama, maka aku memilih
untuk diam dan tidak membahasnya, walau sesekali aku tidak bisa menahan
diri untuk menyebut namamu kembali di tengah-tengah percakapan, seolah
aku tidak rela jika kamu terlupakan, walau sebenarnya aku tau mba', merekapun tidak mungkin melupakanmu. Demi Allah aku merindukanmu,
merindukan kehadiranmu diantara mereka. Tidak akan ada yang bisa mengisi
kekosongan yang telah kamu tinggalkan Mba'... "Asellii Lo rese banget
Mba!" :')</span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span>
<span style="font-family: inherit;"><span style="color: orange; font-size: large;">Melewatkan namamu di daftar seragam yang
kusiapkan adalah hal yang tidak mudah. Aku melipatnya satu demi satu
kemudian menamainya. Begitu terasa ada yang kurang disana, apalagi
kalau bukan namamu.</span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="color: orange; font-size: large;">Lagi-lagi bikin 'mellow' kamu Mba'. But guess
what??? Aku bisa melewati itu Mba', karena sekali waktu Vina bilang
"Mba' Ima pasti seneng kalau tau Lo mau nikah, pasti lucu nih kalau dia
masih ada." Lalu seketika aku tertawa, karena membayangkan bagaimana
reaksimu jika ku sampaikan, "Mba' gw mau merried".</span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span>
<span style="font-family: inherit;"><span style="color: orange; font-size: large;">Sore
ini, aku ditemani secangkir kopi dan kembali membangkitkan kenangan
tentang kita, tentang rasa, tentang dinamika persahabatan diantara kita,
pasang surutnya, canda tawanya, dan sekali lagi ku katakan.., "izinkan
aku untuk selalu tersenyum mengingatmu…"</span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span>
<span style="font-family: inherit;"><span style="color: orange; font-size: large;">In the name of Friendship That Will Never Die.</span></span><br />
<span style="font-family: inherit;"><span style="color: orange; font-size: large;">Semoga
Allah Mengampuni segala dosa-dosanya, dan melipat gandakan segala
kebaikan dan amal ibadahnya. Tenanglah disana sahabatku
Charisma Andreysha Ferba, we love you and we miss you.</span></span>Ummu Alifahttp://www.blogger.com/profile/18218286988921737079noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3204652171038811310.post-3745846196766249002013-03-16T02:39:00.000-07:002014-03-02T21:16:26.669-08:00Kharisma-mu.. (Secangkir Kopi)<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Kepada jiwa yang telah Berpulang,
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Kutuangkan Kerinduan Hati seorang kawan atas rasa kehilangan yang tak berkesudahan.
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;"><br /></span></span>
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Apa yang tak ku kisahkan padamu?
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Dan apa yang tak kau kisahkan padaku?
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;"><br /></span></span>
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Hampir seluruh kisah tentang kau dan aku, kita tuangkan pada "Secangkir Kopi" di setiap kesempatan.
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Bahkan ketika ego memisahkan kita dalam masa-masa tertentu, waktu
selalu mempertemukan kau dan aku kembali dalam simpul tali persaudaraan
yang tak dapat dimengerti oleh siapapun, kecuali kita dan Tuhan.
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;"><br /></span></span>
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Yahh, kedua tanganku hampir tak pernah menyeka air mata mu, begitupun kedua tangan mu.
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Lebih dari itu.., sebuah simpul tali yang kita ciptakan pada “rasa”
menjadi lebih berarti dari sekedar kedua tangan yang menyeka air mata.
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;"><br /></span></span>
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Kita banyak bermain kata..,
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Dalam kefakiran iman, kekosongan jiwa, dan kebodohan akal...
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Kau dan aku mencoba mengurai “inti” dari kehidupan, mencari sumber
dari kegetiran yang telah meradang, “onak” dalam perjalanan hidup.
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Satu hal yang kita sadari, bahwa "Penderitaan tak pilih kasih".
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Kita tersesat pada lingkup 'labirin', begitu sulit mencari arah yang
tepat, begitu rumit membidik tujuan di hadapan, karna 'titik mata' yang
terselimuti oleh kabut dan helai alang-alang yang kian hari kian
meninggi meski telah kita pangkas dari waktu ke waktu. Belum lagi habis
terpangkas.. namun langkah kaki telah payah, tubuh terhuyung karna
lelah, namun hidup hampir mencapai titik punah.
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Kau tanyakan padaku..
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">“Bagaimana menyingkirkannya??”
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Ku jawab “Entahlah mba…, tidur saja barangkali esok akan lebih mudah.”
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Hampir di setiap malam dan setiap kesempatan.. segala keluh kesah hingga kebahagiaan..,
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">dosa maupun kemuliaan.., satu demi satu kita tanggalkan dan kita
jabarkan seiring 'Hijrah' waktu. Dengan kosa kata yang sederhana bahkan
terkadang begitu vulgar dan tak terarah, namun disanalah pelipur lara
yang kemudian menyeka air mata kita. :')
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;"><br /></span></span>
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">“Kebodohan kita…”
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Tak jarang kau muak akan ketololan dan kelemahanku, namun seringkali
kau pun berpihak pada keduanya, tidak pada kesalahanku namun lebih
kepada rasa sakit yang menimpaku. Mungkin sesaat kau akan mengernyitkan
dahi, namun kemudian kaulah yang paling mengerti.
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Kau katakana “I told u!!!”
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">dan ku katakana “Not now mba…, tomorrow never dies! silahkan hakimi gw besok!”
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Kita berdua tertawa, sebelum kau katakan.. “Don’t worry veb, I
always behind u. Kopi masih banyak di teteh, kita bersua besok ya..ngopi
sampe kembung.”
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Yahh.. 'Secangkir Kopi' yang selalu menjadi penghangat dan pengantar kisah kita. I miss that moment mba..
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;"><br /></span></span>
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">“Pencerahan…”
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Itu yang kau katakan tentang-ku tiap kali batu besar membentur kepalamu dan membebani nafas mu,
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">“Veb.., gw butuh pencerahan!!”
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">lalu ku katakana “Ono opo toh mbaim?? Yowess…omongo!!”,
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Apakah aku bosan?? Ya..tentu saja, sangat bosan dengan kisah
problematika hidupmu yang cukup “abstrak”, belum lagi menghadapi sifat
keras kepala-mu yang tak juga lunak walau telah ku kerahkan “jurus
filsafat tertinggi” versi “otak kerdil” kita. Namun selalu ada kata
“tapi” yang kau lancarkan sebagai memori banding atas kesimpulan dan
jalan keluar yang kutawarkan. Tetapi itulah kita.. Kau dan aku, 'si
kepala batu dan si keras hati'.
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Tapi tak apa.. Ini sangat manusiawi ketika kita terjerembab pada
titik terendah kehidupan, kemudian kita mengaduh, mengiba, bahkan
mengutuk.
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Lanjutkan.. lanjutkan saja semua cerita, menangislah, mengeluhlah,
marahlah, mengutuklah, karena ini adalah bagian dari hak istimewa kita
sebagai manusia yang penuh dengan batasan dan kekurangan. Ayo Mba…kita
manfaatkan hak itu sebaik-baiknya..., menangis, mengeluh, dan
mengutuklah!!! Lakukanlah atas nama manusia, namun meminta ampunlah di
akhir waktu terjaga mu, karena setelah semua kegilaan itu... kita berdua
sama-sama tau bahwa Tuhan menunggu kita di penghujung waktu, dan Ia
telah bersumpah "Demi Masa".
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;"><br /></span></span>
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Terlepas dari segala luka dan sesak batin yang kau kisahkan, terlepas dari keterbatasan dan sifat keras kepalamu..,
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Kaulah satu-satunya sosok yang mampu melahirkan gurauan renyah
hingga menciptakan canda tawa yang akan selalu tersimpan di ingatan kami
sahabat-sahabatmu,
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Kau telah menjadi inspirasi dari setiap senda gurau..
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Walau hidupmu tidak mudah…, namun tidak ada yang dapat menciptakan
gelak tawa sebaik diri mu, kefasihan mu dalam mencairkan suasana dari
kebekuan, kau buat semua tertawa… seolah dunia diciptakan sebagai ladang
tawa penyemangat jiwa bagi siapapun yang tersentuh oleh “Kharisma” mu.
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;"><br /></span></span>
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Hingga di hari itu, ketika kabar duka menyambangi ku di penghujung subuh..
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Hari dimana aku merasa waktu benar-benar berhenti, sesaat otakku mati...bahkan sepatah katapun tak mampu ku ucapkan..
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Hari dimana kudapati keluarga, teman, sahabat, dan kerabat mu berkumpul..namun dalam suasana duka...
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Hari dimana kusaksikan jasad sahabatku dalam balutan kain kafan diiringi lantunan doa dan isak tangis disekelilingnya..,
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Hari dimana kupaksakan diriku untuk tegar menatap jasad mu, hingga tubuhku gontai di ujung pintu rumah duka...
</span></span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;">Hari dimana kupeluk ibu dan kedua saudarimu, dan kukecup putra kecilmu dengan cucuran air mata duka..
<br />Hari dimana ku antarkan jenazah sahabatku ke peristirahatan terakhirnya...
<br />
<br />Belasan tahun kita saling mengenal, bertahun-tahun segala kegilaan
terjadi, kita pada masing-masing jejak menapaki takdir, dengan dalih
"mencari" namun entah apa...
<br />Hidup berkali-kali terhempas dari makna yang pasti, melewati dimensi
ruang waktu yang penuh penyangkalan diri. Dan masing-masing dari kita
berkaca, melihat diri pada cermin persahabatan yang kita bina. Sempat ku
sangsikan persaudaraan ini, namun kemudian aku mengerti... kau
membuatku mengenali sebagian diriku yang selama ini tak kusadari, dan
itu kudapati dari persahabatan ini.
<br />Kau dan Aku, dua manusia 'tak tentu arah' yang tak pernah habis berkisah.
<br />Begitu banyak kisah yang kita urai kepada satu sama lain.
<br />Begitu banyak yang ku kisahkan.. namun satu yang tak akan pernah
bisa ku kisahkan padamu Tentang betapa beratnya kehilangan seorang
sahabat sepertimu. Andai bisa ku katakan… "jangan pergi".
<b><br />
</b>Tuhan telah menetapkan kehendak-Nya.. bahwa jodoh hidup adalah mati,
<br />Kepergianmu seakan mengingatkan ku akan kalimat yang sebelumnya ku
lontarkan kepadamu,"....bahwa Tuhan menunggu kita di penghujung waktu,
dan Ia telah bersumpah "Demi Masa"."
<br />
<br />Dan kini ragamu pasif terdiam di sana. Namun kami tau.. jiwamu
tengah menunggu di alam barzakh, tempat terbaikmu saat ini. Kini menjadi
kewajiban kami para sahabat, saudara, dan keluargamu untuk melanjutkan
tiap-tiap doa dan harapan. Kunjungilah kami sesekali waktu dalam mimpi
kami..., agar sedikit terobati rasa rindu akan kehadiranmu di dalam
hidup kami. Cinta kami yang terdalam untukmu...
<br />
<br />Dan izinkanlah kami untuk selalu tersenyum mengingatmu…</span></span><br />
<div>
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;"><br /></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;"><b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgtAUAPjIN0RYWlcsmYbibFykNKXtoqvVKTdIfRA-POIwrA-iu4itCPk_82ePbdz-SKEqt7jx52M08_VOpHdlH-tOEiMZV0ijzDwBzhda5kZQSwKfJ0k_20i_62Ry5Hx9dm_HAET0dACw/s1600/148200_1558029229012_6550428_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgtAUAPjIN0RYWlcsmYbibFykNKXtoqvVKTdIfRA-POIwrA-iu4itCPk_82ePbdz-SKEqt7jx52M08_VOpHdlH-tOEiMZV0ijzDwBzhda5kZQSwKfJ0k_20i_62Ry5Hx9dm_HAET0dACw/s320/148200_1558029229012_6550428_n.jpg" height="320" width="218" /></a></b></span></span></div>
<div>
<span style="font-family: inherit; font-size: large;"><span style="color: #f9cb9c;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCvnIDNEk1M1XGcO7o9Vey8tmcwPGFCwPIHvL7-TeYWNaz7LsBhcgygZsbUUQfJ2Bx6SSzGweiETLAIb8mwLL3gy8xHLrZoe47HCiKaSltyoNDpHVQZz_0bxWCIzfR23XqpZbSU3Nz9-g/s1600/548173_4219452457062_629670894_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCvnIDNEk1M1XGcO7o9Vey8tmcwPGFCwPIHvL7-TeYWNaz7LsBhcgygZsbUUQfJ2Bx6SSzGweiETLAIb8mwLL3gy8xHLrZoe47HCiKaSltyoNDpHVQZz_0bxWCIzfR23XqpZbSU3Nz9-g/s320/548173_4219452457062_629670894_n.jpg" height="240" width="320" /></a><b><b> </b></b></span></span></div>
Ummu Alifahttp://www.blogger.com/profile/18218286988921737079noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3204652171038811310.post-73895555652523044632012-12-20T19:01:00.001-08:002019-11-23T21:53:58.321-08:00"Senandung Intuisi Wanita V" ('Anjing betinamu, bukan aku..')<div>
<span style="font-family: inherit; font-size: large;">Ketika tiba saatnya, tidak ada lagi sisa-sisa kamu di sini.
<br />Dan ketika itu terjadi.., justru kamulah yang akan mati-matian mencari sisa-sisa puing.
<br />
<br />Inisial? Dulu bukan hanya inisial yang terpatri di hati, melainkan
setiap huruf dari namamu. Tapi siapa yang menghapusnya dengan paksa?
Kamu.., Orang yg kini menanyakannya.
<br />
<br />Kejam? Siapa yang telah menancapkan belati itu dari balik
punggungku?? Hingga katub-katub jantungku pun menjerit. Aku mengiba,
namun apa yang kau lakukan..?? Pergi dan berlalu.</span><br />
<span style="font-family: inherit; font-size: large;">Ku pikir kau akan
menjadi perisai yang kemudian berperan sebagai tempurung pelindungku,
namun nyatanya..justru kaulah yang menancapkan belati itu tepat di balik
punggungku.
<br />
<br />Lalu apa yang terjadi?? "Tak satupun terlewatkan dari yang terburuk,
namun menjadi petaka bagimu.., ketika tikaman belati itu justru telah
mengasah iritabilitaku dan merekontruksi bagian jiwa tak berdaya pada
diri wanita dungu ini.., hingga menjelma menjadi sebilah 'Pedang' yang
siap memenggal kepalamu atau siapa saja yang menyentak egonya".
<br />
<br />Dan kau menyesalinya, menyesali setiap kata yang kini terlontar dari
ujung lidahku. Kau bilang.. "Kejam"! Ku katakan "tidak sayang..ini
tidak kejam, ini adalah sari pati dari tiap dusta dan penghianatan yang
telah kau torehkan, pantaslah jika kau menuai apa yang telah kau semai,
kau tanamkan bibit wolfsbane dan spurge laurel di dalamnya, maka apa
yang kau harapkan dapat tumbuh disana?? Bunga yang cantik.., cantik
memang. Tetapi bukankah kandungan alkaloid pseudaconitine dan mezerin di
dalamnya cukup mematikan??
<br />
<br />Dan kini kau katakan "tidak bahagia" bersama anjing betinamu, lalu kau mengharapkan aku untuk kembali ke dalam perangkapmu?
<br />Bukankah kedua kakimu telah terpasung oleh terkaman dan gonggongan
anjing betina-mu itu? Bagaimana bisa kau berkata akan memperjuangkanku
kembali sementara anjing betina itu terus menyalak dan menterormu?? dan
kau pun gentar.., mematung.., tak berdaya persis seperti mahluk tebusan
yang tak berharga.
<br />Saranku.., .sebaiknya kau kebiri saja batang penismu, dan mulai habiskan sisa hidupmu seperti budak.
<br />
<br />Aku bukanlah seekor keledai dungu sayang..sebagaimana kau dan anjing
betinamu itu menilaiku. Tapi aku adalah seorang wanita. Jika dulu aku
begitu dungu, maka kali ini aku begitu kejam.
<br />Apa yang kau harapkan sayang?? sosok indah nan lembut itu kembali???
Sosok itu tetap ada dan akan selalu ada, tetapi mungkin bukan untukmu.
Nikmati saja sisa-sisa racun yang kau tinggalkan.., walau tak bisa ku
tampik bahwa rasa itu masih mendiami hati, namun jiwa ini telah terasah
dengan sangat baik di satu sisinya, hingga ketajamannya tidak perlu kau
sangsikan.
<br />Cinta dan Benci, keduanya ada disini.. bersaing mencoba memenangkan
hati, tapi kali ini kau tidak sedang bermain sayang.., melainkan
berkompetisi dalam perang dingin egoku, seberapa tangguhkah?? Seberapa
mampukah??
<br />
<br />Wanita ini..
<br />Di pusat hatinya bergumul dua kutub berlawanan..
<br />Bersaing saling menonjolkan diri..
<br />Sedetik terpatri senyum di bibirnya..namun sedetik kemudian tergurat kerut di dahinya.
<br />Pasrah saja dengan hujam amarah..
<br />Masih ingin mencoba berspekulasi dengan ku?? Coba saja, maka akan lebih banyak lagi sayatan pedang yang kau terima.</span></div>
Ummu Alifahttp://www.blogger.com/profile/18218286988921737079noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3204652171038811310.post-91922252048853123752011-04-16T09:45:00.001-07:002014-07-20T20:55:24.541-07:00"Senandung Intuisi Wanita IV" (dan silahkan muntah setelah membacanya, karena sayapun begitu)<span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit; font-size: large;">~15 April 2011~</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: large; line-height: 16px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br />
</span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: large; line-height: 16px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">"</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-size: large; line-height: 16px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;">Merindukan kekasihku adalah siksa.." </span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: large; line-height: 16px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><br style="line-height: 16px;" />Lagi-lagi kudapati kumparan awan yang menangis tepat di serambi langit.. Terdengar keluh kesah seorang anak perawan adam yang kembali bergelut dalam kebinasaan cinta. Bisikannya lirih.., hatinya kembali tercabik oleh kisah yang getir, suka citanya terampas.., dan senyum di parasnya tersapu kelabu. <br style="line-height: 16px;" /><br style="line-height: 16px;" />Kembali bungkam dan merajam waktu dengan rindu dan pengharapan. Seperti terjerat pada belenggu akar-akar tua; ada yang tak dapat dilepaskan, ada yang tak terlampiaskan. <br style="line-height: 16px;" />Pucuk-pucuk bibir ini tak sabar melontar patahan kata: "sayang aku rindu..". Raga ini ingin segera mendekap sosok yang tengah merajai imajinasi, namun hanya bayangan saja yang dapat tercipta dalam cermin semu di pupil mata. <br style="line-height: 16px;" /><br style="line-height: 16px;" />Tak kunjung mendapati dirinya secara nyata, bahkan kini suaranya pun terlarang untuk ku dengar.., lengkap sudah.. <br style="line-height: 16px;" />"Kau menjadikan ini siksa sayang, siksa yang aku -kekasihmu- mungkin tak sanggup untuk memikulnya sendiri."<br style="line-height: 16px;" /><br style="line-height: 16px;" />Karna kau adalah rasa, wujud yang tak kasat mata, bongkahan besar yang tak teraba, namun kesenangannya melebihi candu opium sekalipun, keindahan yang melebihi panorama powis castle, villa lante, isola bella, bodnant, bahkan viceroy’s palace sekalipun, namun sakitnya melebihi tikaman belati di ulu hati, seperti sengatan arus 1000 Volt di pusat syaraf.., "mematikan". maka mustahil untuk kusingkirkan dalam sekejap, mustahil untuk kupulihkan dalam masa singkat. "Merindukan kekasihku benar-benar menjadi siksa yang tak kunjung usai.." <br style="line-height: 16px;" /><br style="line-height: 16px;" />Jika hati ini hancur berkeping-keping, lalu siapa yang akan memungut tiap-tiap puing?? Bahkan jemarimu mungkin tak lagi sudi untuk sekedar menjamah dengan empati. Terlebih hatimu..mungkin telah lebih dulu mati rasa seperti suhu temperatur yang menyentuh titik "nol". Dan "nol" apa itu "nol"? Tempat semua bermula, dan akhir segala mula?? Benarkah hakikat itu yang ingin kau tampakkan?! Coba kau terangkan arti dari hakikat "nol dan kosong" dalam perspektif liar mu?? <br style="line-height: 16px;" />Apa kau telah benar-benar mati, beku, tak berdetak??<br style="line-height: 16px;" />Lalu terbuat dari apakah hatimu wahai pelantun kegembiraan semu??? Kemana perginya kehangatan yang dulu, kemana perginya si pelipur lara, kemana perginya senyuman yang dulu ku kenali??"<br style="line-height: 16px;" /><br style="line-height: 16px;" />Kemudian kali ini aku bertanya.., "Kepada tangan siapa hati yang telah terlanjur koyak ini akan kembali tergugah??" mampukah kau menyusunnya hingga terkembali utuh, hingga tak tersisa seguratpun tanda luka.., baik di permukaan maupun pada dasar hati, mampukah kau??? <br style="line-height: 16px;" />Atau hati harus kembali pada titik "nol", dimana setiap rasa adalah kosong. <br style="line-height: 16px;" /><br style="line-height: 16px;" />Aku benci menjabarkan sebuah romansa..terlebih tentang kepahitannya, seolah kehidupan hanya berputar-putar disana, seolah saja dunia hancur dalam seketika, seperti seorang fakir, seorang papa yang tak pula memiliki harapan, layaknya mahluk dungu dengan akal yang sempit. Namun kisah picisan inilah yang tengah berkuasa. <br style="line-height: 16px;" />Aku benci terlihat rapuh, namun faktanya aku hanyalah seorang wanita dungu seperti wanita kebanyakan. Aku benci mencintai seorang pria.., namun nyatanya Tuhan memang tidak menciptakan mahluk lain sebagai pendamping seorang wanita melainkan "Pria", dan entah bagaimana mereka selalu memiliki kuasa untuk mematahkan hati kekasihnya..setelah sebelumnya mereka yang meminta, mengharap dan meminang dengan 'kejantanan' layaknya seorang ksatria. Lalu mereka pula yang menorehkan luka, mereka pulihkan, lalu mereka sakiti kembali, begitu seterusnya, berulang-ulang tanpa henti, mungkin hanya pelakonnya saja yang berganti, namun alur kisahnya selalu sama, drama yang tak berkesudahan, membosankan dan memuakkan! Membuatku ingin memuntahkan seluruh isi perutku, membuatku ingin menampar dan meludahi wajahku sendiri, "sepuluh ribu kali muak!" Hingga aku ingin memaki diriku sendiri sebanyak seribu malam!<br style="line-height: 16px;" /><br style="line-height: 16px;" />Dan ketika aku mulai dapat melampiaskannya dalam kalimat-kalimat omong kosong ini..sesungguhnya aku tengah beranjak pulih, karena "wanita dungu tak lain adalah wanita yang belajar tegar dari kesakitan dan air matanya", dan Tuhan pun tetap Memanjakannya.., hanya saja dengan cara yang sangat unik dan sulit untuk dimengerti.<br style="line-height: 16px;" /><br style="line-height: 16px;" />Sekian dan silahkan muntah..</span></span>Ummu Alifahttp://www.blogger.com/profile/18218286988921737079noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3204652171038811310.post-67879621507610231222011-01-28T08:59:00.000-08:002014-07-20T20:52:08.429-07:00"Senandung Intuisi Wanita III" (Terhempas tanpa Batas) lagi-lagi sampah tentang cinta dan orang gila selaku penulisnya.<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">-11 Januari 2011-</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;">"Apa Yang Membedakan CintaMu Dengan NafsuMu....?"</span><br />
<span style="font-size: large;">Bagaimana dengan mudahnya kejayaanmu melumat tubuh ini dalam buai semu kemudian membawanya terperosok begitu dalam.. hingga aku terperdaya pada muslihat cinta yang kau suguhkan..</span><br />
<span style="font-size: large;">Yahh..betapa cinta itu begitu cepat melesat..meresap hingga ke rongga rasa di sekeliling sekat-sekat hati yang sempat berkelut dalam kebinasaan cinta.</span><br />
<span style="font-size: large;">"Apa yang kau cari wahai petualang....?"</span><br />
<span style="font-size: large;">"Ketidak berdayaan dan kekalahanKu....?"</span><br />
<span style="font-size: large;">Maka telah kau dapatkan.....</span><br />
<span style="font-size: large;">Kau tak lain adalah sebuah misteri yang mengagumkan, akankah suatu saat dapat ku tanggalkan satu demi satu jubah arogansi-mu, hingga dapat ku kenali sosok itu seutuhnya tanpa balutan ego??</span><br />
<span style="font-size: large;">Sedang hatiku tak lagi bercelah untuk apapun, namun takdir menggariskan hatimu untuk diperebutkan... "antara aku dan egomu", dan dengan pongahnya kau berjalan tanpa beban mendahuluiku...sementara aku tertinggal begitu jauh di belakangmu..akibat beban cinta yang begitu berat dan harus kupikul sendiri.</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Baiklah....,</span><br />
<span style="font-size: large;">Hujamkan pedangmu sedalam keinginanmu, tepat pada karamnya cinta yang mulai mengakar di hati wanita yang tak lain adalah aku.."kekasihmu", maka aku akan tetap tersenyum padamu, kemudian ku basuh sendiri lukaku, ku obati dan ku bersihkan sendiri tiap tetes darah yang mengalir dan kututupi bekasnya, kemudian aku akan tetap kembali tersenyum padamu..seolah tak terjadi apa-apa, semua baik-baik saja...</span><br />
<span style="font-size: large;"><br /></span>
<span style="font-size: large;">Kemudian diamkan aku sejenak dalam dekap yang tak ingin terlepas, biarkan aku sejenak larut dalam romansa tanpa lirih.., biarkan aku lelap di dalamnya.., lalu rasakan kehadiranku sebagai kekasih yang kau cintai..., kekasih yang kau gilai..., kekasih yang kau dambakan..., kekasih yang kau lindungi..., kekasih yang kau nikmati..., kekasih yang juga menjadi pelindungmu..., yang menjaga kehormatanmu..., yang menjadikan hidupnya kelak sebagai hidupmu atas kehendak Tuhannya.., "jadikan aku jantung hati-mu.. bukan parasit yang membebanimu".</span><br />
<span style="font-size: large;">Gunakan dan genggamlah aku sebagai perisai di pertempuran hidupmu yang panjang, maka akan ku lindungi tahta-mu dari bidikan para pemangsa yang mencoba memburu dan menerkammu...hingga tetap kau miliki kejayaanmu.</span><br />
<span style="font-size: large;">Jadikan hatiku sebagai singgasanamu, maka ku hiasi di dalamnya dengan apa yang kau sebut dengan "Cinta".</span><br />
<span style="font-size: large;">Namun jangan biarkan aku hanya terikat, terselubung kemudian tersungkur...bungkam dan tercabik-cabik dalam alur kisah yang menyakitkan.</span><br />
<span style="font-size: large;">Biarkan aku menari bebas di dalamnya, biarkan aku tersenyum dan menangis dalam lingkup suka cita.</span><br />
<span style="font-size: large;">Biarkan aku merasakan pula kejayaan yang kau rasakan, biarkan aku merasakan kehangatan di setiap sentuhan dan untaian kata-kata mu,</span><br />
<span style="font-size: large;">Jangan jadikan pucuk-pucuk bibirmu sebagai belati yang menikam keberadaanku sebagai kekasihmu...</span><br />
<span style="font-size: large;">Bukankan janji seorang pria layaknya pasak-pasak yang memaku bumi dengan kokoh???</span><br />
<span style="font-size: large;">Maka aku percaya.., percaya pada janji setia sang kumbang yang menunggu merekahnya sang bunga..., percaya pada janji setiamu... "untuk selalu bersamaku..wanita-mu".</span><br />
<span style="font-size: large;">Camkan itu....!</span></div>
Ummu Alifahttp://www.blogger.com/profile/18218286988921737079noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3204652171038811310.post-83262605377177830642011-01-28T08:51:00.000-08:002011-01-28T08:51:13.399-08:00"Senandung Intuisi Wanita" (hasrat terdalam dan sampah tentang cinta) part II<div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">-02 Agustus 2010-</div><div style="text-align: justify;">Part II:</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Bungkam dan merajam waktu dengan rindu dan pengharapan, "cinta itu sabar...dan diam lebih baik".</div><div style="text-align: justify;">Coba berphikir dan berperan sebagai wanita dengan hati ksatria, tidak hanya bermain dengan ego dan pitam...tetapi dengan kerendahan hati dan kesabaran, ini bukan demi kemenangan melainkan untuk bertahan dalam kehormatan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Cinta terlalu rumit...</div><div style="text-align: justify;">ada hati dan phikiran...ada raga dan lambung hati,</div><div style="text-align: justify;">Ini seperti iklim yang memutar musim, Cinta dan Benci berseling di antara putaran angin, keduanya pasang dan surut.</div><div style="text-align: justify;">Lebih dari kebanggaan dan kejayaan ketika mendapatkannya, karena pengorbanan bagai pundi amal yang seharusnya tanpa perhitungan.</div><div style="text-align: justify;">Cinta menguras darah dan air mata, dalam waktu-waktu tertentu aku merasa lelah dan seketika aku bangkit kembali.</div><div style="text-align: justify;">Cinta adalah tangis dan senyum...</div><div style="text-align: justify;">Aku hidup dan mati di dalamnya...bahkan ketika sekian kali aku merasakan sakit..., benci hanya ada dalam hitungan detik, dan tersungkur oleh rasa yang lebih kuat yaitu "Cinta". Dan tiap kali aku merasakan benci...ketika itu pula aku merasakan kekagumanku.</div><div style="text-align: justify;">Cinta bukan sebatas pesona melainkan penghargaan dan ketulusan, bukan sekedar menjadi bayang-bayang semu yang rela menunggu dan merendahkan diri memohon belas kasih untuk dicintai, namun cinta adalah perjuangan dengan kesadaran, kesabaran, dan kehormatan.</div><div style="text-align: justify;">Buang wajah dungu dan berdirilah dengan kokoh namun tanpa angkuh...</div><div style="text-align: justify;">Wanita bukan budak...bukan pula penguasa..., namun ia adalah sumber kebahagian para pengais madu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Coba tebak...Kenapa aku???</div><div style="text-align: justify;">Yahh...Aku hanya butuh diam sesaat...dan sendiri, membiarkan diri hanya diselimuti satu kisah, dan merayu sendu untuk kembali tersenyum. Menikmati cinta pada diri dan mendirikan cinta untuk dinikmati,</div><div style="text-align: justify;">Malam yang bersenandung.., menimangku dengan angin sedap malam yang berhembus..</div><div style="text-align: justify;">"Sang kabut menunggu Embun pagi...."</div><div style="text-align: justify;">Semoga esok mentari tampak begitu menawan dan tak sungkan untuk mengisahkan dongeng-dongeng picisan yang berlatar cinta. Hingga lamunanku tersadar oleh canda yang mengagumkan... dan kerinduan ini terlampiaskan..., agar aku mampu terlelap dalam kehangatan lambung hati.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Malam ini dengan hasrat...,</div><div style="text-align: justify;">"Ketika aku memeluk tubuhnya suatu hari nanti..."</div><div style="text-align: justify;">Maka pada saat itulah cinta dan kebencian menyatu... hingga aku mengasihinya,</div><div style="text-align: justify;">Kebencian...hanya karena aku terlalu mencintainya...</div><div style="text-align: justify;">Dan aku menikmatinya...seperti saat ketika aku menikmati wangi tubuhnya.</div><div style="text-align: justify;">Diam dan nikmati aku..., karena ini adalah persembahan yang pantas..</div><div style="text-align: justify;">Dan ketika kala itu jantungku berdegup tanpa henti...maka ketika itu pula... kita sedang saling menikmati.</div><div style="text-align: justify;"></div>Ummu Alifahttp://www.blogger.com/profile/18218286988921737079noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3204652171038811310.post-84940012585231919872011-01-28T08:47:00.001-08:002012-03-25T20:30:39.201-07:00"Senandung Intuisi Wanita" (hasrat terdalam dan sampah tentang cinta) part I<div style="text-align: justify;">-02 Agustus 2010-</div><div style="text-align: justify;">Part I:</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pukul 02:30 wib, di saat mentari belum terjaga dalam buaian dini hari, di saat segala gempita masih hening...dengan naluri bercinta sebagai pemikat.</div><div style="text-align: justify;">Dini hari dalam kesepian jantung hati..di serambi langit awan menangis,</div><div style="text-align: justify;">Bulan bersembunyi karena luka serupa anak perawan adam yang menyulam patahan-patahan hati, yang beberapa waktu lalu sempat terampas dan tercabik-cabik...</div><div style="text-align: justify;">Dan kali ini..., ia ingin bicara tentang wanita... dan romansa cinta..</div><div style="text-align: justify;">Aku Wanita..., menangis seperti seorang wanita, tersenyum seperti seorang wanita,bertutur layaknya seorang wanita, berpikir layaknya seorang wanita, dan bercinta layaknya seorang wanita...</div><div style="text-align: justify;">Cinta membawaku berputar haluan ke arah asa yang keruh.., Jernih berpaling luruh.., kisah picisan itu..kemana perginya???</div><div style="text-align: justify;">Kesakitan yang lalu membawaku berphikir tenang dalam toleransi... dan bertahan dengan mengendalikan insting dan iritabilita... karena dunia percintaan-pun layaknya kehidupan pada umumnya yang selalu kusebutkan "seperti belantara dengan usikan liar para pemangsa".</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Lihat... betapa langit malam tampak luas dan lengang...</div><div style="text-align: justify;">Awan berpecah membentuk gumpalan samar kecil-kecil, kabut malam meredupkan pesona rembulan..., ada awan hitam di sekat-sekatnya.</div><div style="text-align: justify;">Aku terus bertanya "Mengapa...?" Esensinya hanya serupa pantulan bayang-bayang pada cermin lusuh, sepertinya ragu untuk menampakkan diri...</div><div style="text-align: justify;">Sepeirti inikah gambaran wanita yang tengah tercabik oleh cinta...</div><div style="text-align: justify;">dan ini adalah kisah beberapa wanita pada umumnya...</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Bungkam dan merajam waktu dengan rindu dan pengharapan, "cinta itu sabar...dan diam lebih baik".</div><div style="text-align: justify;">Coba berphikir dan berperan sebagai wanita dengan hati ksatria, tidak hanya bermain dengan ego dan pitam..., tetapi dengan kerendahan hati dan kesabaran. Ini bukan demi kemenangan melainkan untuk bertahan dalam kehormatan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">To be continue..</div><div style="text-align: justify;">~Fathima Amisha~</div>Ummu Alifahttp://www.blogger.com/profile/18218286988921737079noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3204652171038811310.post-37615337262272621012011-01-28T08:26:00.001-08:002012-03-25T19:29:56.358-07:00Buah Cinta "Sang Rahim" (mimpi dan doa seorang wanita biasa)<div style="text-align: justify;"><em>Jika tiba saatnya engkau hadir... Buah Cinta "Sang Rahim"</em></div><div style="text-align: justify;"><em>"Keajaiban Tuhan yang kelak menjadi milikku" (insyaAllah, semoga Allah melimpahkan karuniaNya kepada wanita hina ini).</em></div><div style="text-align: justify;"><em>Akan ku kisahkan kepada-mu wahai buah cinta "sang rahim"...</em></div><div style="text-align: justify;"><em>Kelak setiap tapak kaki-mu akan memberi senyuman di tiap-tiap sisi dunia,</em></div><div style="text-align: justify;"><em>Ada cinta yang bermukim di sisi lembut hati-mu,</em></div><div style="text-align: justify;"><em>Ada benci yang berbaur dalam ego-mu</em></div><div style="text-align: justify;"><em>Ada tawa yang terurai di sisi riang hati-mu,</em></div><div style="text-align: justify;"><em>Juga duka yang mengalir di setiap titik air mata-mu.</em></div><div style="text-align: justify;"><em>Namun ada pula senyum yang menjadi pelipur lara-mu.</em></div><div style="text-align: justify;"><em>Kau terlahir sebagai sahabat penuh kasih..., buah cinta dari pertemuanku dengan seorang bani adam.. dari setetes harapan yang terpancar dari tulang sulbi.., kemudian bercampur dalam mahkota "rahim mulia", rumah dimana kau tercipta, dinding yang menjadi penghangat tubuh kecil-mu ketika tanah bumi belum siap untuk kau pijaki, lalu Tuhan-pun mengemasmu dengan begitu menawan.</em></div><div style="text-align: justify;"><em>Malaikat kecilku dengan "Lentera Ilahiah" di kuil hati-nya.</em></div><div style="text-align: justify;"><em>Bersahabatlah sayang...</em></div><div style="text-align: justify;"><em>Bersahabatlah dengan para pepohonan dan para penghuni alam raya, bercengkramalah dengan lisan yang santun dan tabiat yang bijak,</em></div><div style="text-align: justify;"><em>Cobalah untuk mendekap pegunungan... dan bernafaslah di kedalaman lautan sekalipun, agar kau mengerti makna sebuah kehidupan.</em><br />
<em> Hidup tidaklah mudah wahai buah hati.., terkadang akan kau jumpai betapa kejamnya dunia ini, layaknya belantara yang dihuni oleh ribuan pemangsa, maka persiapkanlah dirimu untuk tumbuh sebagai pejuang dan haramkanlah keinginan liar mu tuk menjadi penguasa, karna Kekuasaan hanyalah milik-Nya. </em></div><div style="text-align: justify;"><em>Namun apabila kau sanggup.., maka raihlah kepemimpinan-mu, jadilah khalifah yang amanah..</em></div><div style="text-align: justify;"><em>Ciumlah tanah leluhur yang menjadi alas bagi kakimu berpijak, dan kokohkan bebatuan menjadi atap pelindungmu di setiap terpaan musim. Dan ingatlah akan doa kepada "Sang Maha Raja"... Ia-lah Kekasih-mu, Ia-lah Urat Nadi-mu, Ia-lah Nafas-mu.</em></div><div style="text-align: justify;"><em>Sapalah penjuru dunia dengan "senandung mujahid" yang selalu "dekat"...kepada-Nya dan kepada para penghuni semesta...</em></div><div style="text-align: justify;"><em>Dan kelak.., jika saatnya tiba.., ketika ku buai keluguan-mu dalam pelataran kasih.., Tabula suci-ku... Pipit kecil-ku..., Jangan sekali-kali kau biarkan nafsu kelam merajai rumah jiwa-mu dan menodai wajah suci milik "Sang Rahim Mulia".</em></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><em>Ini adalah doa, mimpi dan harapan dari seorang wanita biasa..., "Sang Rahim" Kelak dimana "kau" tercipta. (insyaAllah) amiiin Ya Rabb...</em></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><em>-05 Juli 2005-</em><br />
<em>Fathima Amisha</em></div>Ummu Alifahttp://www.blogger.com/profile/18218286988921737079noreply@blogger.com0