~15 April 2011~
"Merindukan kekasihku adalah siksa.."
Lagi-lagi kudapati kumparan awan yang menangis tepat di serambi langit.. Terdengar keluh kesah seorang anak perawan adam yang kembali bergelut dalam kebinasaan cinta. Bisikannya lirih.., hatinya kembali tercabik oleh kisah yang getir, suka citanya terampas.., dan senyum di parasnya tersapu kelabu.
Kembali bungkam dan merajam waktu dengan rindu dan pengharapan. Seperti terjerat pada belenggu akar-akar tua; ada yang tak dapat dilepaskan, ada yang tak terlampiaskan.
Pucuk-pucuk bibir ini tak sabar melontar patahan kata: "sayang aku rindu..". Raga ini ingin segera mendekap sosok yang tengah merajai imajinasi, namun hanya bayangan saja yang dapat tercipta dalam cermin semu di pupil mata.
Tak kunjung mendapati dirinya secara nyata, bahkan kini suaranya pun terlarang untuk ku dengar.., lengkap sudah..
"Kau menjadikan ini siksa sayang, siksa yang aku -kekasihmu- mungkin tak sanggup untuk memikulnya sendiri."
Karna kau adalah rasa, wujud yang tak kasat mata, bongkahan besar yang tak teraba, namun kesenangannya melebihi candu opium sekalipun, keindahan yang melebihi panorama powis castle, villa lante, isola bella, bodnant, bahkan viceroy’s palace sekalipun, namun sakitnya melebihi tikaman belati di ulu hati, seperti sengatan arus 1000 Volt di pusat syaraf.., "mematikan". maka mustahil untuk kusingkirkan dalam sekejap, mustahil untuk kupulihkan dalam masa singkat. "Merindukan kekasihku benar-benar menjadi siksa yang tak kunjung usai.."
Jika hati ini hancur berkeping-keping, lalu siapa yang akan memungut tiap-tiap puing?? Bahkan jemarimu mungkin tak lagi sudi untuk sekedar menjamah dengan empati. Terlebih hatimu..mungkin telah lebih dulu mati rasa seperti suhu temperatur yang menyentuh titik "nol". Dan "nol" apa itu "nol"? Tempat semua bermula, dan akhir segala mula?? Benarkah hakikat itu yang ingin kau tampakkan?! Coba kau terangkan arti dari hakikat "nol dan kosong" dalam perspektif liar mu??
Apa kau telah benar-benar mati, beku, tak berdetak??
Lalu terbuat dari apakah hatimu wahai pelantun kegembiraan semu??? Kemana perginya kehangatan yang dulu, kemana perginya si pelipur lara, kemana perginya senyuman yang dulu ku kenali??"
Kemudian kali ini aku bertanya.., "Kepada tangan siapa hati yang telah terlanjur koyak ini akan kembali tergugah??" mampukah kau menyusunnya hingga terkembali utuh, hingga tak tersisa seguratpun tanda luka.., baik di permukaan maupun pada dasar hati, mampukah kau???
Atau hati harus kembali pada titik "nol", dimana setiap rasa adalah kosong.
Aku benci menjabarkan sebuah romansa..terlebih tentang kepahitannya, seolah kehidupan hanya berputar-putar disana, seolah saja dunia hancur dalam seketika, seperti seorang fakir, seorang papa yang tak pula memiliki harapan, layaknya mahluk dungu dengan akal yang sempit. Namun kisah picisan inilah yang tengah berkuasa.
Aku benci terlihat rapuh, namun faktanya aku hanyalah seorang wanita dungu seperti wanita kebanyakan. Aku benci mencintai seorang pria.., namun nyatanya Tuhan memang tidak menciptakan mahluk lain sebagai pendamping seorang wanita melainkan "Pria", dan entah bagaimana mereka selalu memiliki kuasa untuk mematahkan hati kekasihnya..setelah sebelumnya mereka yang meminta, mengharap dan meminang dengan 'kejantanan' layaknya seorang ksatria. Lalu mereka pula yang menorehkan luka, mereka pulihkan, lalu mereka sakiti kembali, begitu seterusnya, berulang-ulang tanpa henti, mungkin hanya pelakonnya saja yang berganti, namun alur kisahnya selalu sama, drama yang tak berkesudahan, membosankan dan memuakkan! Membuatku ingin memuntahkan seluruh isi perutku, membuatku ingin menampar dan meludahi wajahku sendiri, "sepuluh ribu kali muak!" Hingga aku ingin memaki diriku sendiri sebanyak seribu malam!
Dan ketika aku mulai dapat melampiaskannya dalam kalimat-kalimat omong kosong ini..sesungguhnya aku tengah beranjak pulih, karena "wanita dungu tak lain adalah wanita yang belajar tegar dari kesakitan dan air matanya", dan Tuhan pun tetap Memanjakannya.., hanya saja dengan cara yang sangat unik dan sulit untuk dimengerti.
Sekian dan silahkan muntah..