Kamis, 24 April 2014

LIFE

24 April 2014

Hampir tidak bisa berkata-kata mengamati ini semua, seolah hidup hanya bergantung pada perhatian manusia semata, bukan kepada Tuhan, hingga mereka rela memuliakan manusia, namun mendzolimi manusia lainnya termasuk saudaranya sendiri, tanpa takut akan perhitungan Tuhan. Mereka membicarakan saudaranya di 'bilik rumahnya' sendiri, untuk apa? untuk menjatuhkan saudaranya yang lain, namun mereka lupa jika Tuhan mendengar segalanya, dan Tuhan menitipkan perkataan mereka pada telinga saudarannya yang lain. Jika perhatian manusia yang kamu cari, maka ambilah sebanyak yang kamu suka, jika kehilangan perhatian yang kau takutkan, maka makanlah perhatian itu sekenyang-kenyangnya. Dan ini adalah pelajaran yang sangat berharga, tamparan sekaligus berkah ilmu yang luar biasa. Juga penjabaran gamblang tentang siapa-siapa saja wajah dibalik topeng itu. Cukup tersimpan rapat saja namanya di memori. "Maksud" yang terselubung di hati itu tidak tergambar, maka sulit untuk dibuktikan, cukup diam pada posisi..."biarkan Tuhan yang berkehendak". That's it.

Let me tell you about this...
Kedua orangtuaku tidak lebih baik dari orangtua yang lainnya, sepasang manusia biasa dengan berbagai kelebihan dan kekurangan. Namun mereka adalah ladang surgaku. Aku memuliakan mereka, namun...tak jarang kami bersebrangan. Tidak aku bukan seorang anak penjilat, yang mampu menjilat-jilati orangtuanya sendiri demi kepentingan pribadi dan demi keinginan-keinginan yang berlebihan, namun aku juga tidak terdidik untuk diam-diam menghujat orangtuaku ketika tabiat manjaku tidak terpenuhi. Bersebrangan, bahkan kami saling beradu prinsip dan beradu pendapat, tak jarang diakhiri aksi saling diam bahkan aksi 'angkat kaki'. Namun dari situlah mereka mengajarkanku tentang 'Keberanian' dalam hidup, Keberanian tanpa menghilangkan norma dan kesadaran diri akan kodratnya. Berani bicara sesuai apa yang tersirat di hati, tidak munafik. Aku bukan seorang anak yang Taqlid buta kepada orangtuanya, jika mereka benar...maka akan kujunjung nilai kebenaran itu sampai akhir hayatku, namun jika mereka salah.., maka akan ku katakan 'salah' walau api membakar lidahku. Orangtuaku pun bukan budak dari anak-anaknya, jika aku benar...mereka rela mengorbankan nyawa dan hartanya untukku, namun jika aku salah...merekapun rela menebas batang leherku dengan kedua tangannya sendiri.
Begitulah hidup mengajarkanku.... Kerasnya hidup justru menanamkan prinsip idealisme yang teguh dalam diriku, mengajarkan tentang Keberanian dalam hidup, pentingnya saling menghargai, saling menghormati, dan bersikap adil kepada sesama, dan keseluruhannya telah mengasah kepekaanku akan nilai-nilai hidup yang prinsipil, tanpa manipulatif. ingat..., tanpa Manipulatif.

sekian